Author

Jumat, 28 April 2017

#TripToMalang. Baiklah, kita mulai saja ceritanya

Sabtu, 1 April 2017.

01:30 WIB, Stasiun Gubeng, Surabaya

Subuh yang asing karena pagi ini aku terbangun di tempat yang jauh dari kata nyaman tapi aku tak peduli. Perjalanan kereta dari Pasar Senen di 15 jam terakhir telah mengantarkanku pada perhentian terakhir di Stasiun Gubeng. Ditambah dengan perjalanan Bandung-Jakarta 4 jam, total waktu kuhabiskan di perjalanan kurang lebih 19 jam.


Jhe bangun jhe, bentar lagi turun.” Aku menyenggol teman seperjalanan yang sedang enak enaknya tidur memanjang di kursi yang baru saja kosong ditinggalkan penumpangnya yang turun di stasiun sebelumnya. Pasti Ejhe belum begitu nyenyak.

Bisa dapat kursi kosong di kereta ekonomi perjalanan jauh itu sungguh suatu kenikmatan tersendiri, jadi bisa pindah dari tempat duduk asal ke tempat yang sudah dikosongkan tadi. Selama belum ada penumpang baru yang mengklaim tempat tersebut, aman-aman saja. Menurut tiket resmi, aku dan Ejhe duduk bersanding dengan orang asing yang baru kami temui hari itu. Orang-orang baru yang sama sama ingin mengunjungi Bromo.

24 jam yang lalu, aku dan Ejhe masih ada di Bandung, di kamarku. Ejhe yang hari itu masuk angin sudah tidur duluan, berharap mual akan membaik ketika bangun nanti. Aku masih mesra bersama laptop dan berusaha menyelesaikan tugas kuliah yang deadlinenya hari Minggu tanggal 2 April. Tapi apa daya, dari 7 mata kuliah, haya 4 tugas yang selesai dikirim sebelum jadwal perjalanan. Sudah masuk ke jadwal perjalanan mah mana sempat ingat tugas. Ga mungkin juga nenteng laptop di tengah ketidakpastian kondisi nanti. Iya, aku ga kebayang nanti bakal kayak gimana.

Membayangkan perjalanan bersama orang asing yang kenal pun enggak, tiba-tiba bakalan satu mobil bersama, dan akan menghabiskan 3 hari 2 malam bersama.

Cuti di hari Jum’at tanggal 31 Maret 2017 sudah diajukan jauh-jauh hari, jadi subuh di hari tersebut, tepatnya jam 4 subuh, aku dan Ejhe sudah menggendong ransel menuju Travel Baraya yang menjadi transportasi pertama menuju stasiun Senen, Jakarta. Meeting point rombongan peserta perjalanan.
Jam 05:00 perjalanan Bandung-Jakarta dimulai. Berharap jalan tol Bandung-Jakarta di hari Jum’at akan lancar jaya dan kami bisa sampai tanpa terlambat di stasiun sebelum kereta “Gaya baru Malam” jurusan Jakarta-Surabaya berangkat. Tapi namanya juga hidup, pastilah ada drama. Menurut google maps, Ada kecelakaan di tol sekitar KM 50. Prediksi awalku bahwa akan sampai di Jakarta paling lambat pukul 09:00, harus direvisi. Macet parah. Kami sudah pasrah dengan kondisi, bahkan kami sudah jaga-jaga mau pesan tiket tujuan Malang atau Surabaya selanjutnya. Dan tiket juga habis semua untuk keberangkatan di hari yang sama.

Mungkin sudah semestinya di setiap harapan akan selalu ada hambatan. Namun mari kita persingkat dramanya karena kalo diceritakan panjang ceritanya, harus disebutin juga kalo masuk anginnya Ejhe hari itu belum sembuh sehingga di jalan dia masih mual-mual bergembira. Sedangkan aku berusaha berhenti menghitung angka penunjuk KM di sepanjang kemacetan, yang makin dihitung makin bikin deg-degan, mata bolak balik lihat map dan jalan di depan, berkali kali merefresh estimasi waktu sampai. 


Singkat cerita, kami keluar tol di jam 09:30, masih ada waktu 30 menit sebelum jam keberangkatan kereta. Lalu langsung turun dari travel untuk pesan penyelamat manusia di kemacetan Jakarta, GO-JEK. Mencari Gojek juga masih ada dramanya karena mamang Gojek sulit menemukan kita yang berada di antara 2 pom bensin yang letaknya bersebrangan sehingga dia bingung kami ada di pom bensin yang mana dan kami juga bingung jelasinnya gimana. Lanjut saja ya, intinya aku sudah berhasil duduk manis di Gojek menuju Stasiun Senen, gojek melaju dengan kencang, mamangnya kusuruh ngebut saja. Gojek Ejhe juga sudah duluan.

Aku sampai lebih dulu, mencari toko bernama Seven Eleven. Meeting point yang lebih spesifik. Sebenarnya tinggal cari saja gunungan ransel dan orang-orang yang tengah mendeprok dengan nyaman sambil berkoloni. Maka sudah bisa ditebak, itu rombonganku.
Oja, yang pertama kali menggiringku dan Ejhe untuk ikut perjalanan ini, sampai bersamaan di Seven Eleven. Terakhir kami bertemu di perjalanan Yogyakarta sebelumnya, 1 tahun lalu.
Teman yang kukenal hanya Ejhe dan Oja, teman sejak SMP yang sebelumnya jadi teman jalan-jalan hemat juga. Oja yang lebih senior dalam kancah petualangan. Pengalamannya menapaki nusantara tak diragukan, walaupun tadinya atas tuntutan pekerjaan, tapi lama-lama dia sudah cocok jadi pembawa acara petualangan.

In dimana, lo lambai-lambai tangan napa biar gue bisa liat lo” Ejhe sampai belakangan, nelpon sambil panik, rada kesusahan nyari kami di rimba stasiun Senen. Walaupun berangkat duluan, ternyata gojeknya gak gitu hapal jalanan Jakarta.

Hari itu, Jum’at tanggal 31 Maret 2017, aku dan Ejhe berhasil sampai dengan tepat waktu, setelah seluruh drama di Jum’at pagi, kami bisa bergabung dengan rombongan yang totalnya mencapai 35 orang. Tepat saat tiket kereta dibagikan oleh seseorang yang kemudian kuketahui bernama Kak Issno, salah satu koordinator perjalanan.

24 jam selanjutnya, kami mengalami hal baru. Pengalaman yang entah akan terulang lagi atau tidak.

Dimulai dari, Subuh di Surabaya, Stasiun Gubeng.

Bersambung dulu, nanti kalo mood nulis dilanjut lagi hingga ke cerita semuaaa objek wisata yang kusinggahi di Malang…..

(Ditulis di pojok yang amat nyaman ditemani bantal yang empuk dan boboable, EduPlex Cafe, Bandung.)

Oja, Indah, Ejhe, muka bangun tidur yang bahagia

Dini hari di Surabaya, Stasiun Gubeng

Briefing yang amat pagi. jam 02:00. 
Perjalanan kereta menyusuri sepanjang utara pulau jawa.



1 komentar:

  1. What is the best online gambling platform? | DRMCD
    This site offers gambling options to 하남 출장안마 its members. We also provide information 태백 출장샵 about deposit bonuses, promotions 전라북도 출장샵 and more. The best 출장마사지 online ‎Online 용인 출장안마 casinos · ‎Games · ‎Casino

    BalasHapus