Author

Senin, 20 Agustus 2012

Yang Tersisa dari Perahu Kertas



Aku benci laut. Takut dengan ombak.
Aku ngeri liat laut yang tak terbatas dalamnya, tak terjangkau ujungnya dimana.
Tapi setakut apapun aku, sebenci apapun aku, laut tetap punya energinya untuk membuat aku mencoba menyukainya.
Lewat ombaknya, lewat perahunya yang bergoyang, yang melayarkan hidup, yang membuat hati dapat menemukan dialognya sendiri.
Tentu saja ia tak tahu dimana tepinya, karna hati pun tak tahu dimana akan berhenti dan menepi.
Hanya biarkan ombak membawanya terus berlayar.
Ia akan melihat matahari yang tenggelam dengan indahnya, dan kembali muncul esok harinya dengan kemilau yang baru.
Hati akan menemukan dialognya sendiri.
Hanya di laut semuanya dapat terjadi.




Aku baca novel ini, Perahu Kertas, hanya 1 hari. Langsung tamat.
Dan half of Kugy was me.
Aku menemukan aku yang bingung dengan baju apa bagusnya dateng ke acara temen yang temanya gemerlap.
Tas yang dipake ke kampus sama dengan yang dipake ke undangan, ke kantor.
Sama halnya dengan sepatu. Belum pensiun selama masih bisa dipake kemana mana. Ke kampus, kantor, acara formal sampe informal. The shoes was same.
Tapi apa yang ia punya, membedakannya dengan orang lain yang terlihat lebih gemerlap, terlihat lebih lebih lebih dari ia yang apa adanya.
Shes's just have her own dream.
Tentang mimpi pada seseorang, dan mimpi yang benar benar ia inginkan, menjadi dirinya sendiri persis seperti apa yang ia mau.
And she can lives as comfort as she wants, dengan semua mimpi yang ia hidupkan.
Tidak dengan mimpi yang ia harapkan pada orang lain, tapi mimpi yang ia punya sendiri.
Orang lain yang membuat mimpinya kembali hidup, cukup jadi pendamannya, kalaupun kelak mereka dipertemukan, radar neptunuslah yang bekerja.

Merelakan mimpinya yang lain untuk dibawa laut, dilayarkan angin melalui ombak, berkendara perahu kertas.
Biar Neptunus yang temukannya dengan yang ia inginkan, yang di luar jangkauannya.
Yang ia lakukan hanya melakukan apa yang dapat dijangkaunya.
Mimpi yang masih ada dalam genggamannya.

Aku melihat laut dengan pandangan yang lain.
Ini tidak seburuk yang aku pikirin.
Aku bisa menghidupkan mimpiku di sana. Membawanya berlayar dengan perahu kertasku sendiri.
Lalu biar Neptunus Raja Laut yang kelak temukannya, lalu mengirimku Agent yang siap temaniku berlayar dengan perahu kertas lainnya, lebih jauh, tanpa jarak tepi yang bisa aku prediksi, tanpa takut yang kelak akan menghantuiku kembali.
Aku bersama mimpiku, bersama orang yang menggenggam mimpiku lebih erat, lebih dekat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar