Ada yang menyertakan link youtube yang ternyata mengarah ke trailer film Rectoverso dari dee yang bakal tayang di bioskop 14 Februari ini.
Aku seperti diingatkan. aku punya buku ini, Rectoverso. dibelikan oleh seseorang yang dulunya pernah dekat tapi sekarang sudah tidak lagi. Sayangnya buku ini aku kembalikan ke yang pernah memberinya sebelum benar benar berpisah, tepatnya ketika hampir berpisah.
'di dalemnya ada cerpen judulnya 'Peluk', aku pengen kamu bisa baca itu. bagus ceritanya.'
Itu alasan yang aku bilang waktu ngembaliin. Karena sebenarnya, aku bukannya mau mengembalikan buku itu seutuhnya cuma karena hubungan kita yang udah gak bisa diterusin lagi dan seolah buku itu bakal ngingetin tentang dia, walau memang alasan itu ingin aku jadikan tameng untuk modus pengembalian. aku hanya ingin dia baca bagian dari yang aku rasa yang terwakilkan lewat cerita itu, dan kalo bisa mengembalikannya lagi kalo udah beres dibaca.
Nyatanya sampai hari ini buku itu belum di kembalikan. Entah cerita yang aku request itu dibaca juga apa enggak. Sudah bukan urusanku lagi. Aku mencoba mengetik beberapa kalimat pesan singkat. berkali kali dihapus lagi karena merasa ada yang salah. Bukan salah dalam kalimat, tapi merasa salah seperti ini 'apa-perlu-menghubunginya-hanya-karena-menanyakan-buku-ini'?
Padahal hampir sebulan ini aku bertahan untuk tidak membuka kesempatan sedikitpun agar bisa bertemu.
'Rectoverso masih di kamu? Filmnya tanggal 14 Feb ada di bioskop, kalo bisa bukunya kamu kirim ke alamat saya ya'
Pesan Terkirim. dan mendadak badan menggigil. Selalu sensasi seperti ini yang terasa jika mengusik masa lalu yang sedikit saja ada namanya. Karena aku hanya ingin menyimpannya saja, tidak untuk aku 'bangunkan' lagi menjadi hidup.
Mungkin aku butuh cerita di dalam buku itu. Dan bukan jiwa kita yang bertemu dalam nyata, hanya dalam cerita di buku itu. Setidaknya itu yang aku bangun dalam duniaku, yang masih aku simpan sisa sisa dari kehadirannya.