Rasanya berat banget mau nulis karena harus menetralkan pikiran biar yang keluar di tulisan bukan cuma keluhan keluhan gak mutu yang bikin hidup berasa bukan karunia yang harus disyukuri sebanyak yang kita bisa.
Well, lifesuck. is beautiful
Karena hidup emang cuma permainan kata ayat qur'an, yang susah senangnya sama sama bernilai ujian. Biasanya lulus di ujian kala susah lebih mudah karena intensitas untuk ingat Alloh juga bisa lebih banyak saking ngerasa susahnya ini hidup. Lain lagi kalo ujiannya senang, kadang lupa aja ada salat isya yang kelewat dengan alesan kecapean habis di luar seharian.
Atau lupa ada makanan yang berlebih dan dengan mudahnya dibuang.
Atau lupa ada manusia yang hadirnya terasa membahagiakan sampai lupa juga bahwa kehadirannya sudah ditakdirkan oleh sang Penciptanya.
Mau berapa lama ia bersama kita.
Kapan kita dipertemukan. Kapan kita dipisahkan.
Pas hilang, berasa ada hak yang direbut, padahal mah hak milik juga belum. bahkan kalau pun sudah hak milik, hak mutlaknya tetap kembali sama yang punyanya.
Lalu ada fase introspeksi, selama ini bikin kesalahan apa hingga ada bagian yang diambil. Apa mungkin Ia cemburu, ada hati yang lebih dipenuhi fana daripada keabadian yang sesungguhnya.
Yang lucu, lagi lagi di Desember.
Katakanlah, ini bukan pengalaman pertama. Sudah yang ke sekian dari perjalanan kehidupan.
2 tahun lalu di bulan yang sama, aku hampir sedang mengalami fase yang sama.
Harus ada kebiasaan yang dirubah. Bukan hanya menangisi keadaan yang tak akan merubah suatu apapun. Selain semakin menterpurukkan diri seolah dunia berhenti dan tidak memberi kesempatan untuk memperbaiki.
Aku masih punya waktu.
Memulai lagi merevisi isi hati.
Memulai lagi memperbaiki kualitas diri.
Jika sudah ditentukanNya segala takdir di Lauh Mahfudz, kenapa hawatir akan ketidakpastian yang dibuat oleh diri sendiri.
Manusia hanya perlu berikhtiar, sisanya biar Dia yang memutuskan.
Wahai pembolak balik hati, tetapkan kami pada jalan yang Kau ridhoi..
Jangan jatuh lagi, hati..
Well, life
Karena hidup emang cuma permainan kata ayat qur'an, yang susah senangnya sama sama bernilai ujian. Biasanya lulus di ujian kala susah lebih mudah karena intensitas untuk ingat Alloh juga bisa lebih banyak saking ngerasa susahnya ini hidup. Lain lagi kalo ujiannya senang, kadang lupa aja ada salat isya yang kelewat dengan alesan kecapean habis di luar seharian.
Atau lupa ada makanan yang berlebih dan dengan mudahnya dibuang.
Atau lupa ada manusia yang hadirnya terasa membahagiakan sampai lupa juga bahwa kehadirannya sudah ditakdirkan oleh sang Penciptanya.
Mau berapa lama ia bersama kita.
Kapan kita dipertemukan. Kapan kita dipisahkan.
Pas hilang, berasa ada hak yang direbut, padahal mah hak milik juga belum. bahkan kalau pun sudah hak milik, hak mutlaknya tetap kembali sama yang punyanya.
Lalu ada fase introspeksi, selama ini bikin kesalahan apa hingga ada bagian yang diambil. Apa mungkin Ia cemburu, ada hati yang lebih dipenuhi fana daripada keabadian yang sesungguhnya.
Yang lucu, lagi lagi di Desember.
Katakanlah, ini bukan pengalaman pertama. Sudah yang ke sekian dari perjalanan kehidupan.
2 tahun lalu di bulan yang sama, aku hampir sedang mengalami fase yang sama.
Harus ada kebiasaan yang dirubah. Bukan hanya menangisi keadaan yang tak akan merubah suatu apapun. Selain semakin menterpurukkan diri seolah dunia berhenti dan tidak memberi kesempatan untuk memperbaiki.
Aku masih punya waktu.
Memulai lagi merevisi isi hati.
Memulai lagi memperbaiki kualitas diri.
Jika sudah ditentukanNya segala takdir di Lauh Mahfudz, kenapa hawatir akan ketidakpastian yang dibuat oleh diri sendiri.
Manusia hanya perlu berikhtiar, sisanya biar Dia yang memutuskan.
Wahai pembolak balik hati, tetapkan kami pada jalan yang Kau ridhoi..
Jangan jatuh lagi, hati..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar