Ada twit dari Asma Nadia yang bikin mikir.
'Jangan merasa lebih baik dari orang lain, karna siapa tau orang lain itu kelak dapat hidayah dan jadi lebih baik dari kita'
'Kalau memang sudah merasa lebih baik, tinjau lagi, apa semua amal ibadah kita sudah dilandasi dengan ikhlas? Karena kalo enggak, percuma aja semuanya sia sia.'
'Kalo memang sudah merasa lebih baik lagi, bagaimana dengan dosa yang kecil kecil? apa sudah bersih juga?'
Iya, ga pantes aku merasa lebih baik dari orang yang aku anggap kurang baik akhlaknya sekalipun.
Apalagi takabur itu kadang suka ga kerasa sama diri sendiri, ga keliatan, ngumpet di sudut hati yang paling ga keliatan tapi dampaknya keliatan banget buat pribadi. Harus diingetin sama orang lain lagi yang melihat kita dari sudut pandang yang berbeda.
Itulah kenapa sekarang aku ngerti, hidayah, iman, islam, itu nikmat.
Nikmat yang perlu dijaga, dipelihara, terlebih disyukuri.
Karna jika Allah mau dan menghendaki, bisa aja itu semua tiba tiba ilang, dicabut begitu aja.
Dan kalo itu semua udah ilang, manusia gak lebih dari mahluk merugi yang dunianya dipake buat tempat maen tanpa sadar suatu hari semua mainan ini bakal diambil, dimusnahkan, dikembalikan pada pemilik sahnya. Iya, semuanya fana.,
Aku sekarang mengerti, doa doa di al-ma'tsurat itu memang proteksi dasar mensyukuri nikmat yang banyak terlewat.
Dulu aku mikir, kenapa iman islam harus disyukuri? Lha yang gituan kan semua orang juga punya.
Kenapa harus ada kalimat 'aku ridho islam sebagai agamaku'. Lha yang namanya agama islam yang aku peluk sekarang kan bawaan dari lahir.
Kenapa semua hal batiniah dan pretelannya banyak disebut sebut untuk disyukuri?
Tanpa disyukuri juga semua itu tetap ada kan?
Iman, islam, ga akan ilang kalo sehari ga disyukuri kan? tetepa ada di KTP. agama: islam.
Iman, manusia ga berhak ngukur kadar keimanan seseorang. Tapi semua orang pasti punya itu.
Dan, sedangkal itu pemikiranku sampai aku dikasih kesempatan buat mikirin hal dasar ini lewat cuplikan twit Asma Nadia tadi.
Aku sadar islamku belum kaffah, jauh dari kata sempurna.
Aku sadar caraku mencintai Tuhanku belum segenap aku pernah mencintai ciptaanNya.
tapi hati ini tetap ingin mendekat, lebih dekat. Allah pasti membantu semua proses ini.
Pikiranku sempit ternyata.
Sekarang aku mengerti, untuk apa syukur ini, untuk siapa syukur ini, ya untuk diri Indah sendiri.
Semua hal batiniah ini ga bisa dibeli dengan harta di dunia, dan bisa Ia cabut kapan aja sesuai kehendakNya.
Gawatnya, kita bisa aja gak nyadar kalo nikmat itu udah ilang. Ya karena gak keliatan ilangnya.
Ga kaya kita punya mobil terus tu mobil dicuri orang atau tabrakan di jalan. Kan kerasa ilangnya.
Nikmat batin ini cuma bisa 'dirasain' tanpa bisa diliat.
Kaya nikmat nyambut adzan dan segera salat tanpa ditunda tunda.
Nikmat baca qur'an seolah lagi ngobrol sama Sang Pencinta.
Nikmat baca al-ma'tsurat karna itu proteksi dari syukur yang banyak terlewat.
"Allohumma Tsabbit qolbi 'ala ddiinik"
Allah, tetapkanlah hati ini pada agamaMu.
Tetapkan hati untuk rajin duhanya bukan cuma seminggu rajin, seminggu lagi lupa.
Hati, mari kita berbenah lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar